Sejarah Seni Tari Wayang Orang (Wayang Wong)
Membahas masalah seni dan kebudayaan di Indonesia sudah pasti sangat banyak ragamnya, karena memang Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai macam kebudayaan dan beragam seninya. Seni itu sendiri merupakan sebuah karya manusia yang dibuat dengan ide, gagasan atau kemampuan yang mampu membangkitkan perasaan orang lain. Secara umum, seni dibedakan menjadi beberapa macam yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama atau teater, dan seni satra. Pada pembahasan kali ini saya akan membahas salah satu seni yaitu seni tari.
Seni tari merupakan sebuah seni yang
mempelajari tentang gerak tubuh berirama yang dilakukan pada saat tertentu.
Seni tari juga merupakan sebuah seni yang tidak bisa lepas dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia. Tidak hanya sebagai hiburan maupun upacara saja, tarian
juga bisa menjadikan manusia untuk bisa hidup sehat. Karena dengan memeragakan berbagai
macam tarian, tubuh kita tentunya bergerak dan bisa mendapatkan berbagai macam
manfaat, salah satunya dapat memperlancar sirkulasi darah.
Sebagai rakyat Indonesia yang
memiliki banyak kebudayaan salah satunya tarian daerah, tentunya tarian daerah ini
harus terus dilestarikan agar seni tari bisa terus melekat pada masyarakat
sekitar dan tidak lenyap ditelan oleh zaman. Jangan sampai seni tari milik
Indonesia juga diakui oleh negara lain hanya karena masyarakat sekitar tidak
mau melestarikan tarian daerahnya. Apalagi kita sebagai anak muda yang memang
harus menjadi penerus bangsa dan negara harus ikut dan terus melestarikan
beraneka ragam budaya salah satunya tarian daerah yang ada di Indonesia ini.
Membahas masalah tarian daerah, di
tiap - tiap daerah di Indonesia pasti memiliki tarian daerahnya masing masing.
Nah, ditopik kali ini saya akan membahas salah satu tarian daerah yang ada di
Jawa Barat yaitu tepatnya di kota Cirebon yang juga biasa disebut dengan kota
udang. Kota udang yang juga terkenal dengan kain batik mega mendungnya. Di daerah
Cirebon ini sendiri memiliki beberapa tarian yang masih dilestarikan hingga
saat ini diantaranya ada tari topeng, sintren, tari ronggeng pesisir, tari
mangga yudan, tari wayang wong dan masih banyak tarian lainnya.
Begitu banyak tarian daerah yang
terdapat di kota Cirebon ini. Namun, yang akan kita bahas pada artikel kali ini
adalah sebuah tarian yang terinspirasi dari seni pagelaran wayang kulit yang
dimainkan oleh seorang dalang dan mungkin sudah tidak banyak lagi peminatnya
pada saat ini. Sehingga dibuatlah sebuah tarian yang mengarah pada pagelaran
wayang kulit tetapi dimainkan oleh seorang penari yang memerankan tokoh - tokoh
yang ada pada karakter wayang. Dan tarian ini dinamakan tari wayang orang atau
tari wayang wong.
Berdasarkan
sebuah Naskah Jawa Kuno – yang kemudian diterbitkan Pradnya Paramita tepatnya
pada tahun 1981 – mengatakan bahwa wayang bermula dari khayalan ataupun gagasan
tentang bayangan manusia yang dapat ditonton. Wayang sendiri berasal dari kata
wayangan yang artinya adalah bayangan yang memiliki maksud mempertontonkan
sebuah lakon lewat bayangan. Pada mulanya, wayang hanya merupakan hasil
khayalan ataupun gagasan yang dilukiskan dalam sebuah daun Tal (ron Tal) yang
kemudian mempertontonkan hasil lukisan tersebut lewat bayangan. Mempertontonkan
lewat bayangan dilakukan dengan memantulkan lukisan tersebut di atas kain putih
dan hanya diterangi lampu.
Lalu, Wayang Orang atau bisa disebut juga dengan istilah
wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang
sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Mengenal sejarahnya wayang orang
ini diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.
Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi
dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya
terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan
manusia - manusia sebagai pengganti boneka - boneka wayang tersebut. Mereka
memakai pakaian sama seperti hiasan - hiasan yang dipakai pada wayang kulit.
Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau
dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias
mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.
Sejarah wayang wong ini sendiri bisa dilihat dari sejarah
seni pertunjukan budaya Jawa, mayoritas dipengaruhi oleh kisah Mahabhrata dan
Ramayana dari India yang telah berbaur dengan budaya lokal yang ada di
Indonesia. Tetapi dari kedua sumber budaya ini, Mahabhratalah yang menjadi runtutan
hampir mayoritas seni pertunjukan Jawa seperti wayang purwa, wayang orang dan
lain sebaginya. Mahabhrata memiliki inti cerita seputar konflik antara Pandawa
dan Kurawa mengenai sengketa pemerintahan Negara Astina yang puncaknya terjadi
pada perang Bharatayudha.
Mahabharata mulai
populer di Jawa sekitar abad 10 masehi pada masa pemerintahan Dharmawangsa
Teguh ( 991-1016 M) dari Kediri. Lalu berkembang semakin populer dalam bentuk
Kakawin atau bentuk puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa kuno.
Pencipta kakawin yang paling terkenal adalah Mpu Sedah dalam karya Bharatayudha
yang ditujukan sebagai persembahan kepada Prabu Jaya Baya diakhir
pemerintahannya. Kisah Mahabharata ini mengilhami terciptanya beragam jenis
kesenian daerah jawa seperti seni arsitektur yang terlihat pada candi, seni
tari seni lukis, dan pertunjukan. Sumber-sumber Mahabharata diera kerajaan Jawa
kuno banyak ditulis di daun lontar yang berisi tentang filosofi-filosofi
kehidupan sosio-budaya-politik masyarakat Jawa.
R.M Soedarsono menyatakan,
Wayang Wong merupakan salah satu jenis teater tradisional Jawa yang merupakan
gabungan antara seni drama yang berkembang di Barat dengan pertunjukan wayang
yang tumbuh san berkembang di Jawa. Jenis jesenian wayang ini pada awalnya
berkembang utamanya di lingkungan keraton dan kalangan priyai atau bangsawan
raja.
Pertama kali Wayang Orang itu dipentaskan secara terbatas
pada tahun 1760. Namun, barn pada pemerintahan Mangkunegara V pertunjukan
Wayang Orang itu lebih memasyarakat, walaupun masih tetap terbatas dinikmati
oleh kerabat keraton dan para pegawainya. Pemasyarakatan seni Wayang Orang
hampir bersamaan waktunya dengan lahirnya drama tari Langendriyan. Pada
masa pemerintahan Mangkunegara VII (1916 -1944) kesenian Wayang Orang mulai
diperkenalkan pada masyarakat di luar tembok keraton.
Usaha memasyarakatkan kesenian ini makin pesat ketika
Sunan Paku Buwana X (1893-1939) memprakarsai pertunjukan Wayang Orang bagi
masyarakat umum di Balekambang, Taman Sriwedari, dan di Pasar Malam yang
diselenggarakan di alun-alun. Para pemainnya pun, bukan lagi hanya para abdi
dalem, melainkan juga orang-orang di luar keraton yang berbakat menari.
Penyelenggaraan pertunjukan Wayang Orang secara komersial
baru dimulai pada tahun 1922. Mulanya, dengan tujuan mengumpulkan dana bagi
kongres kebudayaan. Kemudian pada tahun 1932, pertama kali Wayang Orang masuk
dalam siaran radio, yaitu Solosche Radio Vereeniging, yang mendapat
sambutan hebat dari masyarakat.Wayang Orang juga menyebar ke Yogyakarta. Pada
zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VII (1877 -1921) keraton Yogyakarta
dua kali mempergelarkan pementasan Wayang Orang untuk tontonan kerabat keraton.
Waktu itu lakonnya adalah Sri Suwela dan Pregiwa –
Pregiwati. Wayang Orang di Yogyakarta ini disebut Wayang Wong
Mataraman.
Pakaian para penari Wayang Orang pada awalnya masih amat
sederhana, tidakjauh berbeda dengan pakaian adat keraton sehari-hari, hanya
ditambah dengan selendang tari. Baru pada zaman Mangkunegara VI
(1881-1896), penari Wayang Orang mengenakan irah-irahan terbuat dari
kulit ditatah apik, kemudian disungging dengan perada.Sejalan dengan
perkembangan Wayang Orang. terciptalah gerak-gerak tari baru yang diciptakan
oleh para seniman pakar tari keraton. Gerak tari baru itu antara lain
adalah sembahan, sabetan, lumaksono. ngombak banyu, dan srisig.
Komentar
Posting Komentar