TARI ARJUNA


Tarian ArjunaWiwaha adalah salah satu tarian tradisional yang dipentaskan di Keraton Yogyakarta. Tari Arjuna Wiwaha menceritakan ketika Arjuna yang bertapa di Indrakila mengalami berbagai macam godaan.Salah satu godaannya adalah ketika Ia diuji oleh para Dewa dengan mengirim tujuh orang bidadari yang diperintahkan untuk menggoda Arjuna agar gagal dalam pertapaannya. Namun karena keteguhan hatinya, para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang Brahmana tua. Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi.Lalu setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah Batara Siwa.
Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah oleh para Dewa dengan diperbolehkan mengawini tujuh bidadari ini.Kisah “Arjuna Wiwaha” sepintas hanyalah sebagai cerita biasa yang menarik. Namun kalau dirasakan dengan menafsirkan simbol simbolnya sebenarnya memuat kedalaman ajaran yoga yang luar biasa. Jika “Dewa Ruci” hanya memberikan ajaran secara “garis besar”, akan tetapi “Arjuna Wiwaha” menerangkan secara detail, yaitu menaklukkan cakra-cakra yang ada pada manusia, yang jumlahnya sebanyak  7 cakra. Tariain berasal dari Jogjakarta, Jawa Tengah.
Dimulai dari: 1. godaan 7 bidadari, 2. perbantahan dengan reshi Padya, 3. membunuh babi, 4. perang melawan pemburu, 5. belajar tari, 6. menebas ujung lidah, 7. akhirnya mendapat senjata Pasopati dan kawin dengan Dewi Supraba. Keseluruhan ceritera menggambarkan betapa Arjuna telah mampu mengendalikan nafsu-nafsunya, baik yang bersumber dari jasmani maupun rohani.
Penebasan ujung lidah Niwata Kawaca yang sakti berarti Arjuna telah membuang keangkuhannya, yang bersumber dari fikiran dan ucapan. Setelah itu Arjuna mendapatkan “pasopati” berarti “dilukat”, jiwanya dibersihkan hingga menjadi “kosong”. Pada saat itulah ia  wiwaha atau “kawin” dengan “Su-praba”. “Su” artinya sangat indah (linuwih) sedang “praba” berarti cahaya. Artinya Arjuna berhasil menyatu dengan “Sang Maha Cahaya”. Atau “Cahya linuwih” atau “Jumbuh Kawula lan Gusti”.
Tujuan orang beragama adalah mencari kebahagiaan lahir batin. Sedangkan tujuan “memuja” atau “bersembahyang” adalah mencari ketenangan dan kedamaian batin, “Yoga” adalah sembahyang tingkat tinggi, dengan pengerahan energi diri untuk “mengosongkan” diri, untuk itu perlu kosentrasi secara penuh. Tanpa gangguan dari luar maupun dari dalam.  Berdasar uraian di atas jelaslah bahwa kebersihan batin merupakan syarat mutlak bagi seseorang bergelut di bidang spiritual dan lebih-lebih persemadian.
Seseorang yang  berperilaku baik  jiwanya selalu bersih, dan tanpa beban, hingga membantu proses konsentrasi ketika mengawali persamadhian. Tidak ada gangguan dari dalam. Itulah sebabnya “moral” penting dan menjadi “ukuran kedewasaan seseorang”. Moral bisa terjaga apabila telah mampu menjauhkan diri dari “keduniawian”. Biasanya hal demikian bisa dicapai bila orang sudah dewasa, bila telah cukup umur.


Bedhaya Arjuna Wiwaha ditarikan oleh 9 penari wanita yang sejatinya adalah gambaran organ tubuh manusia secara utuh. Mulai dari otak manusia yang menjadi sumber ide dan kreatifita antara lain, kepala (mbatak), leher (jangga), dada (pendada), ekor (mbuntit), tangan kanan (apit ngajeng), tangan kiri (apit wingking), kaki kanan (endel wedalan ngajeng) dan kaki kiri (endel wedalan wingking).
Selain itu tari bedhaya juga menggambarkan 9 lubang yang ada ditubuh manusia, yang mempunyai makna kalau manusia sudah bisa menutup babagan hawa songo (menutup lubang napsu manusia) maka dia sudah dapat dikatakan sebagai manusia yang menep dan sareh.
Karakteristik Bedhaya Arjuna Wiwaha merupakan tarian yang luruh atau mempunyai deep control yang bagus dalam rasa. Dalam setiap tari bedhaya semua mempunyai laku yang khusus, hanya yang membedakan bedhaya satu dengan lainnya adalah isi cerita dalam tariannya.
Laku bedhaya mempunyai beberapa tahapan antara lain sebelum rakit tigo-tigo semuanya belum ada ceritanya, tapi semuanya itu harus diikuti dulu dari rakit ajeng-ajengan, mlebet lajur, medal lajur, ajeng-ajeng lagi, iring-iringan kemudian rakit tigo-tigo, suwuk baru masuk gelar.
Gerakan dalam Bedhaya Arjuna Wiwaha antara lain ada impang mewer gundhek, impang lembehan, impang encot, setelah itu rakit tigo-tigonya adalah bangomate, tapi juga memasukan unsur gerak tari putri gaya Yogyakarta dengan ragam gerak ngenceng gordo (gerak pokok putri) yang kemudian dikembangkan berbagai motip gerak seperti gerak gordo astuminggah, pucang kanginan, jangkung lilih, gundhuh sekar yang kesemuanya itu mengikuti istilah dari alam seperti ombak banyu (ombak air) dan wedhi kenser (berjalan diatas pasir).
Busana yang digunakan pada Bedhaya Arjuna Wiwaha menggunakan baju tanpa lengan atau biasa disebut rompi dengan hiasan bulu di kepala, jamang, slepe, sampur, kain bawah yang menggunakan motip parang rusak, walaupun sebenarnya banyak juga yang menggunakan motip yang lain seperti motip parang barong, gembreng, klitik dimana ada yang pakai atau tidaknya memakai gordo.
Riasan pada tarian ini menggunakan riasan cantik yang memperkuat kecantikan penarinya ketika tampil dipanggung. Untuk iringannya memakai Gamelan Jawa Klasik dengan gedhing pola langon, ladrang gathi, gendhing inti, mundur gendhing (gathi), langon lagi, setelah diam gathi lagi dan suwuk, musik masih bunyi yang ada hanya vokal, rebab, gender, gambang, suling sedangkan lainnya tidak main (silence).
Dengan sering memperlihatkan tarian bedhaya ini diharapkan menjadi bagian dari promosi dan edukasi yang dapat ditangkap oleh masyarakat luas terutama generasi muda. Program pelestarian dan pengembangan secara nyata harus prakasa dari masyarakat itu sendiri dan bukan semata-mata menjadi tugas Pemerintah saja, karena bedhaya sudah menjadi pengakuan penguatan identitas keanekaragaman budaya Indonesia yang sangat di dukung oleh UNESCO. (Soebijanto/reog biyan)
Pagelaran Arjuna Wiwaha akan disajikan dengan penggabungan unsur sinema, teatermusikal, wayang kulit dan seni tari Jawa bahkan dengan unsur balet dalam satu kesatuan pertunjukan dan menampilkan talenta-talenta tidak hanya dari Indonesia namun juga dari luar negeri. Arjuna Wiwaha menampilkan pemain utama Volland Humonggio sebagai Arjuna; Marcella Zaliantiy sebagai Batari Supraba dan juga Max Morgan, seorang Indie rocker dari Amerika Serikat yang dikenal dengan lagu hit-nya "You Better Believe". Max sendiri akan bermain sebagai Batara Guru. Selain sajian sinema, seni peran dan koreografi nan memukau, Arjuna Wiwaha juga akan dibalut sempurna oleh dukungan tata musik karya Aksan Sjuman dengan penggunaan alat musik modern maupun tradisional.

Arjuna Wiwaha sendiri menceritakan kisah perjalanan Arjuna untuk berjuang menyelamatkan kakaknya yaitu Yudhistira dari serangan naga dan bertapa mencari petunjuk dewa untuk menjawab kegelisahan hatinya agar mendapatkan ketenangan jiwa. Pertemuannya dengan Batara Guru menguji kerendahan hati Arjuna dengan memberikan tugas untuk membunuh raksasa Niwata kawaca. Adaptasi Mirwan ini salah satunya terinspirasi oleh kakawin Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa yang legendaris.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

kenong

TOKOH WAYANG RAMA

alat musik kecrek