Tokoh Wayang Hanoman
Tokoh Wayang
Hanoman
Hanoman (Sanskerta: Hanuman) atau Hanumat, juga disebut sebagai Anoman, adalah salah
satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam
wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan
merupakan putera Batara Bayu dan Anjani, saudara dari Subali dan Sugriwa.
Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari
wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala
muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India,
hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil didedikasikan untuk
memuja dirinya.Pada
pagelaran kesenian wayang kulit terdapat banyak sekali cerita-cerita yang
terkandung didalamnya, kepahlawan, percintaan, persaudaraan, perang antar
negara bahkan perang antar saudara, pengkhianatan, sampai seluruh sendi
kehidupan diceritakan atau disandang oleh performa budaya yang satu ini.
Pagelaran seni wayang kulit telah hadir dalam kehidupan masyarakat khususnya
Jawa sejak lima abad lamanya. Kisah-kisah yang dikenalkan dan biasa dilakonkan
yaitu kisah Ramayana dan Mahabharata. Kedua kisah ini memiliki sejumlah tokoh
wayang kulit yang lengkap dengan beraneka karakter. Pagelaran biasanya
berlangsung selama semalam suntuk, cerita-cerita yang disajikan berisikan
berbagai macam mengajarkan arti filosofi kehidupan masyarakat Jawa sebagai
refleksi dan pembelajaran hidup.
Pagelaran
wayang kulit adalah seni pertunjukan yang telah berusia lebih dari setengah
milenium. Keberadaannya memiliki cerita tersendiri bagi khasanah kebudayaan
bangsa Indonesia. Pagelaran wayang kulit dilakukan oleh seorang dalang yang
bertugas sebagai pembawa cerita atau pendongeng. Dalang akan memainkan semua
karakter dari tokoh wayang kulit sepanjang malam. Ceritanya membawakan karakter
manusia dengan purwarupa boneka yang terbuat dari kulit kerbau dihiasi dengan
berbagai motif ukiran kulit yang bisa dibilang rumit. Dalang harus memiliki
kemampuan yang luar biasa, mulai dari mengubah karakter suara, berganti
intonasi, menampilkan humor, dan bahkan menyanyi.Performa tersebut dilakukan
dalam rangka menghidupkan suasana, maka biasanya dalang dibantu oleh musisi
yang memainkan gamelan, instrumen musik tradisional Jawa, serta diiringi
penyanyi wanita yang disebut sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa, sehingga
karakter tokoh-tokoh wayang kulit yang lengkap dapat hidup sesuai dengan jalan
cerita, dan menjadikan suasana semakin menarik penghayatan dari para pemirsa
atau penonton.
Hanoman
lahir pada masa Tretayuga sebagai putera Anjani, seekor wanara wanita. Dahulu
Anjani sebetulnya merupakan bidadari, bernama Punjikastala. Namun karena suatu
kutukan, ia terlahir ke dunia sebagai wanara wanita. Kutukan tersebut bisa
berakhir apabila ia melahirkan seorang putera yang merupakan penitisan Siwa.
Anjani menikah dengan Kesari, seekor wanara perkasa. Bersama dengan Kesari,
Anjani melakukan tapa ke hadapan Siwa agar Siwa bersedia menjelma sebagi putera
mereka. Karena Siwa terkesan dengan pemujaan yang dilakukan oleh Anjani dan
Kesari, ia mengabulkan permohonan mereka dengan turun kedunia sebagai Hanoman.Salah satu versi menceritakan bahwa ketika Anjani bertapa memuja Siwa, di
tempat lain, Raja Dasarata melakukan Putrakama Yadnya untuk memperoleh
keturunan. Hasilnya, ia menerima beberapa makanan untuk dibagikan kepada tiga
istrinya, yang di kemudian hari melahirkan Rama, Laksmana, Bharata dan
Satrugna. Atas kehendak dewata, seekor burung merenggut sepotong makanan
tersebut, dan menjatuhkannya di atas hutan dimana Anjani sedang bertapa. Bayu,
Sang dewa angin, mengantarkan makanan tersebut agar jatuh di tangan Anjani.
Anjani memakan makanan tersebut.
Salah
satu versi mengatakan bahwa Hanoman lahir secara tidak sengaja karena hubungan
antara Bayu dan Anjani. Diceritakan bahwa pada suatu hari, Dewa Bayu melihat
kecantikan Anjani, kemudian ia memeluknya. Anjani marah karena merasa
dilecehkan. Namun Dewa Bayu menjawab bahwa Anjani tidak akan ternoda oleh sentuhan
Bayu. Ia memeluk Anjani bukan di badannya, namun di dalam hatinya. Bayu juga
berkata bahwa kelak Anjani akan melahirkan seorang putera yang kekuatannya
setara dengan Bayu dan paling cerdas di antara para wanara.Pada saat Hanoman
masih kecil, ia mengira matahari adalah buah yang bisa dimakan, kemudian
terbang ke arahnya dan hendak memakannya. Dewa Indra melihat hal itu dan
menjadi cemas dengan keselamatan matahari. Untuk mengantisipasinya, ia
melemparkan petirnya ke arah Hanoman sehingga kera kecil itu jatuh dan menabrak
gunung. Melihat hal itu, Dewa Bayu menjadi marah dan berdiam diri. Akibat
tindakannya, semua makhluk di bumi menjadi lemas. Para Dewa pun memohon kepada
Bayu agar menyingkirkan kemarahannya. Dewa Bayu menghentikan kemarahannya dan
Hanoman diberi hadiah melimpah ruah. Dewa Brahma dan Dewa Indra memberi
anugerah bahwa Hanoman akan kebal dari segala senjata, serta kematian akan
datang hanya dengan kehendaknya sendiri. Hanoman menerima tugas tersebut kemudian ia
menyamar menjadi brahmana dan mendekati Rama dan laksamana.
Saat bertemu dengan Rama dan
Laksmana, Hanoman merasakan ketenangan. Ia tidak melihat adanya tanda-tanda
permusuhan dari kedua pemuda itu. Rama dan Laksmana juga terkesan dengan etika
Hanoman. Kemudian mereka bercakap-cakap dengan bebas. Mereka menceritakan
riwayat hidupnya masing-masing. Rama juga menceritakan keinginannya untuk
menemui Sugriwa. Karena tidak curiga lagi kepada Rama dan Laksmana, Hanoman
kembali ke wujud asalnya dan mengantar Rama dan Laksmana menemui Sugriwa.
Dalam misi membantu Rama mencari
Sita, Sugriwa mengutus pasukan wanara-nya agar pergi ke seluruh pelosok bumi
untuk mencari tanda-tanda keberadaan Sita, dan membawanya ke hadapan Rama kalau
mampu. Pasukan wanara yang dikerahkan Sugriwa dipimpin oleh Hanoman, Anggada,
Nila, Jembawan, dan lain-lain. Mereka menempuh perjalanan berhari-hari dan
menelusuri sebuah gua, kemudian tersesat dan menemukan kota yang berdiri megah
di dalamnya. Atas keterangan Swayampraba yang tinggal di sana, kota tersebut
dibangun oleh arsitek Mayasura dan sekarang sepi karena Maya pergi ke alam para
Dewa.
Lalu Hanoman menceritakan maksud
perjalanannya dengan panjang lebar kepada Swayampraba. Atas bantuan Swayampraba
yang sakti, Hanoman dan wanara lainnya lenyap dari gua dan berada di sebuah
pantai dalam sekejap.Di pantai tersebut, Hanoman dan wanara lainnya bertemu
dengan Sempati, burung raksasa yang tidak bersayap. Ia duduk sendirian di
pantai tersebut sambil menunggu bangkai hewan untuk dimakan. Karena ia
mendengar percakapan para wanara mengenai Sita dan kematian Jatayu, Sempati
menjadi sedih dan meminta agar para wanara menceritakan kejadian yang sebenarnya
terjadi. Anggada menceritakan dengan panjang lebar kemudian meminta bantuan
Sempati. Atas keterangan Sempati, para wanara tahu bahwa Sita ditawan di sebuah
istana yang teretak di Kerajaan Alengka.
Kerajaan tersebut diperintah oleh raja raksasa
bernama Rahwana. Para wanara berterima kasih setelah menerima keterangan
Sempati, kemudian mereka memikirkan cara agar sampai di Alengka.Karena bujukan
para wanara, Hanoman teringat akan kekuatannya dan terbang menyeberangi lautan
agar sampai di Alengka. Setelah ia menginjakkan kakinya di sana, ia menyamar
menjadi monyet kecil dan mencari-cari Sita.
Ia melihat Alengka sebagai benteng pertahanan
yang kuat sekaligus kota yang dijaga dengan ketat. Ia melihat penduduknya
menyanyikan mantra-mantra Weda dan lagu pujian kemenangan kepada Rahwana. Namun
tak jarang ada orang-orang bermuka kejam dan buruk dengan senjata lengkap.
Kemudian ia datang ke istana Rahwana dan mengamati wanita-wanita cantik yang
tak terhitung jumlahnya, namun ia tidak melihat Sita yang sedang merana.
Setelah mengamati ke sana-kemari, ia memasuki sebuah taman yang belum pernah
diselidikinya. Di sana ia melihat wanita yang tampak sedih dan murung yang
diyakininya sebagai Sita.
Kemudian Hanoman melihat Rahwana
merayu Sita. Setelah Rahwana gagal dengan rayuannya dan pergi meninggalkan
Sita, Hanoman menghampiri Sita dan menceritakan maksud kedatangannya. Mulanya
Sita curiga, namun kecurigaan Sita hilang saat Hanoman menyerahkan cincin milik
Rama. Hanoman juga menjanjikan bantuan akan segera tiba. Hanoman menyarankan
agar Sita terbang bersamanya ke hadapan Rama, namun Sita menolak. Ia
mengharapkan Rama datang sebagai ksatria sejati dan datang ke Alengka untuk
menyelamatkan dirinya. Kemudian Hanoman mohon restu dan pamit dari hadapan Sita.
Sebelum pulang ia memporak-porandakan taman Asoka di istana Rahwana. Ia
membunuh ribuan tentara termasuk prajurit pilihan Rahwana seperti Jambumali dan
Aksha. Akhirnya ia dapat ditangkap Indrajit dengan senjata Brahma Astra.
Senjata itu memilit tubuh hanoman. Namun kesaktian Brahma Astra lenyap saat
tentara raksasa menambahkan tali jerami. Indrajit marah bercampur kecewa karena
Brahma Astra bisa dilepaskan Hanoman kapan saja, namun Hanoman belum bereaksi karena
menunggu saat yang tepatKetika Rahwana hendak memberikan hukuman mati kepada Hanoman, Wibisana membela
Hanoman agar hukumannya diringankan, mengingat Hanoman adalah seorang utusan.
Kemudian Rahwana menjatuhkan hukuman agar ekor Hanoman dibakar. Melihat hal
itu, Sita berdo’a agar api yang membakar ekor Hanoman menjadi sejuk. Karena
do’a Sita kepada Dewa Agni terkabul, api yang membakar ekor Hanoman menjadi
sejuk. Lalu ia memberontak dan melepaskan Brahma Astra yang mengikat dirinya.
Dengan ekor menyala-nyala seperti obor, ia membakar kota Alengka. Kota Alengka
pun menjadi lautan api. Setelah menimbulkan kebakaran besar, ia menceburkan
diri ke laut agar api di ekornya padam. Penghuni surga memuji keberanian
Hanoman dan berkata bahwa selain kediaman Sita, kota Alengka dilalap api.Dengan
membawa kabar gembira, Hanoman menghadap Rama dan menceritakan keadaan Sita.
Setelah itu, Rama menyiapkan pasukan wanara untuk menggempur Alengka.
Dalam pertempuran besar antara
Rama dan Rahwana, Hanoman membasmi banyak tentara rakshasa. Saat Rama,
Laksmana, dan bala tentaranya yang lain terjerat oleh senjata Nagapasa yang
sakti, Hanoman pergi ke Himalaya atas saran Jembawan untuk menemukan tanaman
obat. Karena tidak tahu persis bagaimana ciri-ciri pohon yang dimaksud, Hanoman
memotong gunung tersebut dan membawa potongannya ke hadapan Rama. Setelah Rama
dan prajuritnya pulih kembali, Hanoman melanjutkan pertarungan dan membasmi
banyak pasukan rakshasa.
Setelah pertempuran besar melawan Rahwana berakhir, Rama hendak memberikan hadiah untuk Hanoman. Namun Hanoman menolak karena ia hanya ingin agar Sri Rama bersemayam di dalam hatinya. Rama mengerti maksud Hanoman dan bersemayam secara rohaniah dalam jasmaninya. Akhirnya Hanoman pergi bermeditasi di puncak gunung mendo’akan keselamatan dunia.Pada zaman Dwapara Yuga, Hanoman bertemu dengan Bima dan Arjuna dari lingkungan keraton Hastinapura. Dari pertemuannya dengan Hanoman, Arjuna menggunakan lambang Hanoman sebagai panji keretanya pada saat Bharatayuddha.Di negara India yang didominasi oleh agama Hindu, terdapat banyak kuil untuk memuja Hanoman, dan dimana pun ada gambar awatara Wisnu, selalu ada gambar Hanoman. Kuil Hanoman bisa ditemukan di banyak tempat di India dan konon daerah di sekeliling kuil itu terbebas dari raksasa atau kejahatan.
Komentar
Posting Komentar