gamelan jawa alat musik kesenian jawa
Keistimewaan alunan
musik gamelan Jawa adalah cenderung bersuara lembut, seperti sengaja
menghadirkan suasana ketenangan jiwa dan selaras dengan prinsip hidup
masyarakat Jawa pada umumnya.
Instrument Gamelan
Jawa tidak bisa kita lepaskan dari pandangan masyarakat Jawa yang cenderung
memelihara keselarasan hidup baik jasmani maupun rohani. Keadaan tersebut
menjadikan orang Jawa selalu menghindari ekspresi tempramental dan berusaha
mewujudkan toleransi antar sesama.
Wujud paling nyata yang bisa kita dapati dalam musik gamelan adalah
tarikan tali rebab yang sedang, panduan keseimbangan bunyi kenong, saron,
kendhang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Secara etimologi gamelan berasal dari istilah bahasa Jawa yakni “gamel” yang berarti menabuh/memukul, dan akhiran “an” yang menjadikannya kata benda, jadi gamelan bisa diartikan memukul/menabuh benda-benda.Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, terdiri dari beberapa putaran dan pethet serta dibatasi oleh satu gong-an dan melodi, selain diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.Komponen utama alat musik gamelan adalah: bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan.
Secara etimologi gamelan berasal dari istilah bahasa Jawa yakni “gamel” yang berarti menabuh/memukul, dan akhiran “an” yang menjadikannya kata benda, jadi gamelan bisa diartikan memukul/menabuh benda-benda.Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, terdiri dari beberapa putaran dan pethet serta dibatasi oleh satu gong-an dan melodi, selain diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.Komponen utama alat musik gamelan adalah: bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan.
Sejarah Gamelan Jawa
Mengenai sejarah Gamelan Jawa, artikel ini merujuk
pada salah satu artikel di www.egamelanku.com. Berdasarkan keterangan dari
Gusti Puger putra P.B. XII, dan Serat Wedhapradangga dari Keraton Surakarta
yang pertama ditulis oleh Raden Tumenggung Warsadiningrat. Kumpulan serat sejarah gamelan tersebut dihimpun oleh
Raden Ngabehi Prajapangrawit pada tahun 1874. Disebutkan bahwa gamelan yang
lahir di Tanah Jawa pertama kali adalah Gangsa Raras Salendro. Tahun 167 Sang Hyang Guru atau Sang Hyang Jagatnata /
Lokanata memberikan ijazah berupa Swara Karengeng Jagat. Swara tersebut berasal
dari Gamelan Lokananta atau Lokanata.
Menurut keterangan dari G.P.H. Hadiwijaya (Redaksi Pustaka Jawa) hanya
ada 5 ricikan dalam gamelan tersebut yakni Gendhing (Kemanak), Pamatut
(Kethuk), Sauran (Kenong), Teteg (Kendang Ageng) dan Maguru yang sekarang
disebut Gong.Di tahun 187, terdengar
swara Matenggeng Karna dari Sang Hyang Indra / Surendra, dan diberi nama
Salendro. Ricikannya tetap ada 5 dengan swara tembang Sekar Kawi / Ageng. Pada Tahun 336 oleh Sang
Hyang Indra, racikan gamelan ditambah lagi dengan Salundhing atau Kempul, dan
Gerantang yang sekarang disebut dengan Gambang.
Fakta yang jelas mengenai adanya gamelan di tanah jawa menurut Agus Purwo Murdoko, S.Sn. (Guru Seni Budaya SMAN 1 Kartasura), Panggiyo S.Kar, MA (dosen Karawitan ISI Surakarta), dan KRA Haryono Hadiningrat (Prof. Dr. Timbul Haryono, MSc) arkeolog yang tinggal di Prambanan Yogyakarta dan pernah dimuat di Majalah Sasmita edisi I tahun 2007, terdapat pada bukti fisik di relief-relief candi Borobudur, dan candi-candi lainnya ditanah jawa.
Fakta yang jelas mengenai adanya gamelan di tanah jawa menurut Agus Purwo Murdoko, S.Sn. (Guru Seni Budaya SMAN 1 Kartasura), Panggiyo S.Kar, MA (dosen Karawitan ISI Surakarta), dan KRA Haryono Hadiningrat (Prof. Dr. Timbul Haryono, MSc) arkeolog yang tinggal di Prambanan Yogyakarta dan pernah dimuat di Majalah Sasmita edisi I tahun 2007, terdapat pada bukti fisik di relief-relief candi Borobudur, dan candi-candi lainnya ditanah jawa.
Pada beberapa bagian
dinding Candi Borobudur dapat dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu:
kendang bertali yang di kalungkan di leher, Kendang berbentuk seperti periuk,
Siter dan Kecapi, Simbal, Suling, Saron dan Gambang.Pada Candi Lara Jonggrang
(Prambanan) dapat dilihat gambar relief Kendang Silindris, Kendang Cembung,
Kendang Periuk, Simbal dan Suling. Disana digambarkan bahwa gamelan
digunakan sebagai pengiring tari, upacara kerajaan atau keagamaan.
Jenis-Jenis Gamelan Jawa
Berdasarkan pada sumber bunyinya, Gamelan Jawa terbagi menjadi empat jenis. Masing-masing jenis memiliki instrumen dengan karakter suara yang berbeda-beda. Melalui pengkategorian ini juga bisa diketahui kesejarahan Gamelan..
Jenis-Jenis Gamelan Jawa
Berdasarkan pada sumber bunyinya, Gamelan Jawa terbagi menjadi empat jenis. Masing-masing jenis memiliki instrumen dengan karakter suara yang berbeda-beda. Melalui pengkategorian ini juga bisa diketahui kesejarahan Gamelan..
Jenis-jenis Gamelan yang dimaksud diantaranya sebagai berikut
:
- Gamelan Ideofon
Instrumen yang sumber bunyinya berasal dari badan alat
musik itu sendiri. Jenis ini dikatakan sebagai yang paling tua usianya daripada
alat musik lainnya. Dalam Gamelan Jawa, ada alat musik yang berpencon (seperti
stupa) yang dibunyikan dengan tongkat pendek.
Dalam susunannya yang banyak dalam satu rancak dikenal
sebagai “bonang”, adapun jika susunannya sedikit yang masing-masing ada dalam
satu rancak disebut “kenong”. Dalam hal ini Gong menjadi jenis instrumen
penting, bahkan istilah ini juga dipakai untuk mewakili seluruh ansambel
Gamelan. Instrumen lain dalam kategori ini juga termasuk alat musik bilah-bilahan
(wilahan) seperti Gambang dan Saron. Semua alat musik dalam kategori instrumen
ideofon telah ada jejaknya sejak abad ke-9 M. Gong bisa didapati di kitab
Ramayana Jawa Kuna, adapun Gambang dan Saron terkait pada relief di Candi
Borobudur.
- Gamelan Membranofon
Instrumen Gamelan dengan
sumber bunyi pada selaput kulit atau sejenisnya. Kelompok membranofon telah
populer di Pulau Jawa sejak pertengahan abad ke-9 M. Kendang bisa dikatakan
sebagai instrumen membranofon paling tua. Bermacam-macam bentuk kendang
terdapat pada relief Candi Borobudur dan Candi Siwa Prambanan.
Instrumen lainnya adalah
bedug dan trebang yang ada sejak abad ke-12 M. Istilah bedug bisa dijumpai di
Kidung Malat. Dalam Kakawin Hariwangsa, Ghatotkacasraya dan Kidung Harsawijaya,
ada instrumen sejenis bedug yakni “tipakan”. Dalam kitab Ghatotkacasraya dan
Sumanasantaka ada istilah “tabang-tabang” yang kemudian berkembang menjadi
istilah “tribang”
- Gamelan
Aerofon
Instrumen dengan sumber
bunyi yang berasal dari udara yang ditiup. Seruling (suling) juga merupakan
kelengkapan dari Gamelan Jawa. Sejarah alat musik ini juga sangat tua dan bisa
ditemukan jejaknya pada relief-relief candi, termasuk Candi Borobudur. Juga ada
di kitab Ramayana Jawa Kuno yang diistilahkan dengan “bangsi”.
- Gamelan Chordofon
Instrumen musik yang
mencakup alat musik bersenar yang dipetik dan digesek. Dalam Gamelan Jawa ada
rebab dan chelempung. Alat musik jenis ini dikatakan mendapat pengaruh dari
kebudayaan luar, Rebab dengan dua senar mungkin memang asli Persia. Adapun Chelempung
yang bentuknya memberi kesan Eropa telah tergambar pada relief di Candi Jago.
Fungsi dari Gamelan Jawa
Gamelan Ageng atau
penyajian dengan keseluruhan perangkat gamelan digunakan untuk menyajikan
gending-gending. Biasanya dipakai untuk iringan musik pada pementasan wayang
baik Wayang Kulit maupun Wayang Orang, Ketoprak, tarian-tarian Jawa dan
Lain-lain.
Adapun Gamelan Jawa untuk penyajian gending dalam karawitan dapat dibedakan menjadi beberapa repertoar yakni :
Adapun Gamelan Jawa untuk penyajian gending dalam karawitan dapat dibedakan menjadi beberapa repertoar yakni :
- Soran yaitu Gending-gending dengan kecenderungan volume tabuhan yang keras. Kesemua perangkat gamelan ditabuh kecuali Gender, Gambang, Rebab, Suling dan Siter. Alunan Musik Gamelan jenis ini disajikan dengan tempo Tanggung, Seseg dan Antal.
- Lirihan yaitu Sesuai dengan namanya, penyajian gending lebih halus dan pelan. Semua Waditra (Instrumen) ditabuh namun yang lebih diutamakan adalah Gender, Gambang, Rebab, Siter dan Suling dengan tempo yang berbeda-beda.
Adapun penyajian karawitan
lirihan dapat dibedakan lagi berdasarkan ricikan yang dipergunakan, antara
lain: gadon, nyamleng, siteran, genderan, dan lain-lain.
- Gamelan
Ageng yang difungsikan sebagai sarana upacara yakni :
- Gamelan Sekati ,Memiliki nama Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Guntursari. Biasanya di tabuh dalam perayaan Sekaten yakni dimulai tanggal 5 Mulud hingga 12 Mulud. Selain ditabuh untuk memperingati hari kelahiran dan wafat Nabi Muhammad SAW, juga untuk menyambut tamu agung, supitan/tetsan putra/putri Sultan dan sakarsa Dalem. Instrumen yang ada dalam gamelan sekati terdiri dari: 2 gong ageng, 1 bedug, 1 kempyang, 1 saron demung, 2 sarong ricik, 2 sarong peking, 1 sampur, dan 1 bonang.
- Gamelan Munggang ,Memiliki tiga nada. Gamelan ini terdiri dari 4 racakan berisi tiga buah bonang besar, 1 kenong japan, 2 bende, 1 pasang lojeh, 1 kendang gending, 1 kendang penuntung, dan dua buah gong.Gamelan Munggang ditabuh untuk menyambut penobatan Sultan, menyambut tamu agung, supitan/tetesan putra/putri Sultan, malemen, mantu, rampog macan, grebegan, dan lain-lain sakarsa Dalem.
- Gamelan Corobalen ,Dimainkan untuk acara menyambut tamu.
sumber artikel :
https://blogkulo.com/gamelan-jawa/
Komentar
Posting Komentar