wayang orang ngesti pandawa





Ngesti Pandawa adalah perkumpulan kesenian tradisional Wayang Orang (WO) profesional berlokasi di Semarang. Saat ini, lokasi pentas Wayang Orang Ngesti Pandawa berada di Gedung Kesenian Ki Narto Sabdho dalam kompleks Taman Budaya Raden Saleh dengan alamat Jl. Sriwijaya Nomor 29 Kota Semarang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ngesti Pandawa merupakan satu dari tiga perkumpulan kesenian tradisional Wayang Orang profesional yang bertahan di Indonesia, di samping Wayang Orang Sriwedari di Taman Sriwedari Solo dan Wayang Orang Bharata. Kesenian Wayang Orang diharapkan dapat kembali menjadi hiburan tiga generasi dengan pesan moral yang tak lekang oleh zaman.
     Sejarah
Ngesti Pandawa didirikan di Madiun oleh Sastro Sabdo pada tanggal 1 Juli 1937 dengan tujuan untuk membangkitkan kembali kehidupan wayang orang panggung. Wayang Orang Panggung merupakan perpaduan Wayang Orang Keraton (sering juga disebut wayang orang pendhapa) dengan teater barat  Keberadaan wayang orang Ngesti Pandawa dimaksudkan juga untuk melestarikan kesenian wayang orang, Hal ini tentunya merupakan kebanggaan tersendiri dari wayang orang Ngesti Pandawa.   serta menanamkan rasa cinta pada seni tradisi. Pertunjukan wayang orang juga memberikan hiburan pada masyarakat Sejak awal berdirinya, wayang orang Ngesti Pandawa sudah disukai oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan masyarakat Jawa tetapi juga orang-orang Belanda dan keturunan Tionghoa juga menyukai seni pertunjukan tersebut. Dengan demikian, sejak dahulu wayang orang merupakan seni pertunjukan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan baik pribumi maupun non pribumi.
Ngesti Pandawa telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang selama berada di Kota Semarang. Dalam melakukan pementasannya, Ngesti Pandawa telah beberapa kali mengalami perpindahan tempat. Pada tahun 1954, Ngesti Pandawa menempati gedung baru di kompleks gedung GRIS (Gedung Rakyat Indonesia Semarang) di jalan Pemuda 116 (saat ini Paragon City Mall Semarang). Pada tahun 1960 sampai awal tahun 1970, Ngesti Pandawa mengalami masa puncak kejayaan dan menjadi ikon Kota Semarang di bawah kepemimpinan Sastro Sabdo dan Narto Sabdo. Ngesti Pandawa menjadi kiblat bagi perkumpulan wayang orang yang ada pada jamannya. Teknik dekorasi, iringan, kostum, koreografi, dan trik panggung menjadi acuan bagi perkumpulan wayang orang lainnya c. Popularitas Ngesti Pandawa menarik perhatian Presiden Sukarno. Pada saat terjadi bencana alam Gunung Merapi meletus 1953, Ngesti Pandawa pentas dalam rangka pengumpulan dana. Presiden Soekarno saat itu memanggil Ngesti Pandawa untuk pentas di Istana Merdeka di Jakarta dan Istana Negara di Bogor. Keberadaan wayang orang Ngesti Pandawa dimaksudkan juga untuk melestarikan kesenian wayang orang, serta menanamkan rasa cinta pada seni tradisi. Pertunjukan wayang orang juga memberikan hiburan pada masyarakat Sejak awal berdirinya Hal ini tentunya merupakan kebanggaan tersendiri dari wayang orang Ngesti Pandawa. Bagi suatu perkumpulan kesenian khususnya wayang orang pentas di Istana Negara adalah sesuatu yang jarang terjadi d. Oleh karena
prestasinya, Ngesti Pandawa pada tahun 1962 dipanggil Presiden Sukarno ke Istana untuk menerima anugerah penghargaan seni berupa piagam Wijayakusuma dari Presiden RI.
Pada tahun 1994, kompleks GRIS dipindahtangkan oleh pemerintah setempat ke pihak ketiga. Ngesti Pandawa tidak memiliki gedung pertunjukan lagi, dan harus pindah ke kompleks TBRS dan menempati sebuah gedung pertunjukan teater, selama dua tahun. Tahun 1996 pindah ke Taman Majapahit dan membentuk Yayasan Wayang Orang Ngesti Pandawa. Pada tahun 2001 Ngesti Pandawa diberi kesempatan oleh pemerintah daerah setempat untuk menggunakan sebuah gedung pertunjukan di TBRS sampai sekarang. Pada masa sekarang ini Ngesti Pandawa berhak mengadakan pementasan di TBRS selama tiga hari dalam seminggu. Namun secara rutin, pementasan hanya dilakukan pada hari Sabtu mulai jam 8 malam
SEMARANG, suaramerdeka.com - Berbagai terobosan dilakukan untuk menarik masyarakat mencintai dan melestarikan kesenian wayang orang. Salah satunya melalui sentuhan teknologi pada setiap pementasan wayang orang “Ngesti Pandawa’ yang memukau. “Pertunjukan wayang orang yang akan kita saksikan ini kita adalah terobosan yang luar biasa dari Unika. Saya berharap kedepan perguruan tinggi lainnya juga ikut peduli dan menggairahkan Ngesti Pandawa,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Dr Ir Sri Puryono KS MP, saat memberi sambutan pada pagelaran Wayang Orang Ngesti Pandawa, di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Sabtu (1/12) malam.Sekda menjelaskan, pagelaran wayang orang kali ini berbeda dengan pertunjukkan wayang orang sebelum-sebelumnya. Layar belakang panggung tidak lagi gambar atau lukisan monoton, melainkan layar panggung yang futuristik, menampilkan gambar gerak dan berganti-ganti menyesuaikan situasi atau tema cerita. Selain itu sound system, pencahayaan, serta ruangan gedung lebih sejuk, membuat penonton semakin nyaman menyaksikan pementasan wayang. “Saya ingin Ngesti Pandawa menjadi jujugan atau wisata budaya utama yang ada di Kota Semarang,” harapnya.
Berbagai terobosan tersebut merupakan upaya Pemprov Jateng dan Pemkot Semarang bersama berbagai pihak, salah satunya Universitas Soegijapranata Semarang untuk melestarikan budaya daerah.
Rektor Unika Soegijapranata Ridwan Sanjaya menjelaskan, pertunjukkan wayang orang dengan sentuhan teknologi ini merupakan yang kali pertama disuguhkan dalam pementasan Wayang Orang Ngesti Pandawa. Terobosan tersebut adalah hasil penelitian mahasiswa Unika Soegijapranata agar penampilan panggung wayang orang menjadi atraktif sekaligus upaya untuk melestarikan budaya bangsa.
“Di luar negeri sentuhan-sentuhan pada layar belakang panggung seperti ini sudah standar. Kini Ngesti Pandawa telah menampilkannya,” katanya. Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengapresiasi terobosan-terobosan pada pagelaran wayang Ngesti Pandawa. Dengan begitu, masyarakat akan tertarik datang dan merasa nyaman menyaksikan wayang orang di Semarang.
“Ke depan kami dari pemkot akan memberikan masukan yang kreatif dan inovatif,” ujar Hendi, sapaan wali kota.
Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo terus berjuang untuk bisa tetap hidup.
Berdiri sejak 1937 inilah sejarah singkat perjalanan Ngesti Pandowo,
- 1 Juli 1937: Ngesti Pandowo didirikan Sastro Sabdo di Madiun, Jatim.
- 1942: Pentas Ngesti Pandowo mulai masuk Jateng, berawal di Klaten.
- 1949: Ngesti Pandowo menetap di Ibukota Jateng, yakni Kota Semarang.
- 1954: Ngesti Pandowo menempati kompleks GRIS (Gedung Rakyat Indonesia Semarang) di Jalan Pemuda 116, saat ini menjadi Mal Paragon.
- 1960-awal 1970: Ngesti Pandowo mengalami masa puncak kejayaan di bawah kepemimpinan Sastro Sabdo dan Narto Sabdo.
- 1994: Kompleks GRIS dipindahtangankan Pemkot Semarang ke pihak ketiga. Ngesti Pandowo pindah ke kompleks TBRS (Taman Budaya Raden Saleh) Semarang, menempati gedung pertunjukan teater.
- 1996: Ngesti Pandowo pindah ke Taman Majapahit Semarang dan membentuk Yayasan Wayang Orang Ngesti Pandowo.
- 2001: Pemkot Semarang memberi kesempatan Ngesti Pandowo menggunakan sebuah gedung pertunjukan di TBRS, yaitu Gedung Ki Narto Sabdo, sampai sekarang
Jumlah SDM Ngesti Pandowo:
Pemain panggung: 75 orang
Pemain karawitan: 22 orang
Sinden: 3 orang
 Pengurus: 13 orang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kenong

alat musik kecrek

TOKOH WAYANG RAMA