TARI RAMAYANA
KISAH RAMAYANA
Rama merupakan putra mahkota
kerajaan Ayodya. Dia bersama istrinya, Sinta, melakukan pengembaraan dan
melewati hutan Dandaka. Tanpa mereka ketahui, di dalam hutan tersebut terdapat
raksasa jahat bernama Rahwana.
Pada saat Rahwana melihat Sinta,
dia langsung jatuh hati. Seketika Rahwana mengutus Kalamarica untuk berubah
menjadi kijang mas dan mencuri perhatian Sinta. Pada saat Sinta melihat kijang
mas tersebut, dia meminta kepada Rama untuk menangkapnya. Rama pun mengejar si
kijang mas, dan Sinta berhasil diculik oleh Rahwana dengan akal jahatnya.
Pada saat Rahwana membawa Sinta
menuju kerajaan Alengka, mereka dihadang oleh burung sakti bernama Jatayu.
Dikisahkan Jatayu merupakan sahabat dari Prabu Janaka, ayah Sinta. Dengan
sekuat tenaga Jatayu melawan Rahwana, namun akhirnya Jatayu kalah dan Sinta
tetap dibawa Rahwana ke Alengka.
Dalam perjalanan Rama mencari
Sinta, dia bertemu dengan kera bernama Hanoman. Hanoman bersedia membantu Rama
mencari Sinta dan mendatangi Alengka untuk menyelamatkannya. Pada saat di
Alengka, Hanoman sempat berperang dengan Indrajid, putra Rahwana. Naas, Hanoman
tertangkap dan dibakar hidup-hidup di kerajaan Alengka.
Mengetahui Hanoman tertangkap,
Rama menyusul Hanoman dengan membawa pasukan kera. Terjadilah perang besar di
Alengka. Rama, dengan kekuatanya, berhasil memanah Rahwana, dan oleh Hanoman
tubuh Rahwana dihimpitkan ke Gunung Sumawan supaya jasadnya tidak mudah
ditemukan.
Setelah peperangan yang sengit
dan melibatkan banyak sekali prajurit yang tewas, akhrinya Sinta berhasil
diselamatkan oleh Hanoman. Sinta akhirnya kembali menemui Rama dan mereka hidup
bersama. Dalam kisah ini, Hanoman menjadi pahlawan bagi Rama dan Sinta. Mereka
berdua sangat berterimakasih untuk jasa dan bantuan sang kera sakti.
Bagi masyarakat jawa, epos
Ramayana dan pagelaran Ramayana Ballet merupakan hal yang dibanggakan. Selain
meningkatkan perkembangan pariwisata, cerita dari kisah Rama dan Sinta menjadi
inspirasi masyarakat. Bagi generasi lama, cerita Rama dan Sinta selalu menjadi
pegangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Pesan dalam cerita ini dianggap
menginspirasi, dan patut dijadikan contoh. Bagi masyarakat yang tinggal di
wilayah pinggiran, kisah ini masih sering menjadi dongen sebelum tidur
sekaligus sebagai pengingat pesan-pesan di dalamnya.
KISAH CINTA
RAMA DAN DEWI SINTA
Cerita dimulai dari Rama dan Sinta yang sedang asyik
bermain di hutan, tiba-tiba datang seekor kijang emas (jelmaan dari pembantu
raja Rahwana yang ditugaskan untuk memancing Rama untuk memburunya). Melihat
tingkah laku kijang emas yang unik.
Sinta menyuruh Rama untuk menangkapnya. Akhirnya Rama mau
pergi menangkapnya, namun sebelum dia pergi untuk menangkapnya dia meminta sang
adik Laksamana untuk menjaga Sinta. Setelah pergi beberapa lama kemudian, terdengar
suara Rama meminta tolong. Mendengar suara tersebut, Sinta panik dan menyuruh
Laksamana pergi menolong kakaknya.
Namun Laksamana tidak percaya bahwa suara tersebut
berasal dari sang kakak. Karena tidak kepercayaannya tersebut Sinta malah marah
kepada Laksamana.
Akhirnya laksamana mau menyusul sang kakak karena desakan
dari Sinta. Sebelum pergi menyusul sang kakak Laksamana membuat sebuah
lingkaran dan menyuruh Sinta agar tidak melewati lingkaran tersebut. Setelah
Laksamana pergi, datang seorang pendeta yang sebenarnya penjelmaan dari
Rahwana.
Pendeta ini meminta air kepada Sinta. Karena merasa
kasihan melihat sang pendeta, akhirnya Sinta memberikan air kepada sang pendeta
dengan menjulurkan tangannya keluar lingkaran. Seketika itu juga sang pendeta
berubah wujud menjadi Rahwana, Sinta pun kaget mengetahui hal itu lalu menjauh
dari Rahwana.
Disaat Rahwana ingin menculik Sinta datanglah seekor
burung garuda yang ingin menyelamatkan Sinta. Namun karena kekuatan dari
Rahwana yang terlalu tangguh akhirnya burung garuda tersebut kalah dan Sinta
pun tertangkap.
Sinta pun dibawa ke kerajaan Rahwana yang bernama
Alengka. Dan Rahwana menyuruh anak buahnya untuk menjaga Sinta. Sinta pun sedih
dan menyesal karena melanggar perintah dari Laksamana. Dia pun berharap Rama
datang untuk menolongnya. Kemudian muncul sosok kera putih bernama Hanoman.
Hanoman pun menghampiri Sinta dan mengabarinya bahwa raja
Rama akan menyalamatkannya. Pada awalnya Sinta tidak percaya dan mengira
Hanoman sama seperti pendeta yang merupakan sosok jelmaan dari Rahwana. Namun
setelah Hanoman menjelaskan bahwa dirinya utusan dari raja Rama dan memberikan
bukti sebuah cincin. Akhirnya Sinta percaya dan memberinya bunga untuk
diserahkan kepada raja rama.
Ketika Hanoman keluar dari penjara, anak dari Rahwana
yang bernama Magananda melihatnya. Pertempuran antara Hanoman dan Magananda dan
kedua pembantunya pun tak terelakkan.
Karena kalah jumlah akhirnya Hanoman tertangkap dan akan
dihukum dengan cara dibakar. Sebelum eksekusi dibakar dimulai ada pendeta yang
memberikan aji-aji kepada Hanoman. Sehingga Hanoman mendapatkan kekuatan untuk
melawan balik.
Hanoman pun bisa melepas tangannya dari ikatan tali dan
lolos dari eksekusi tersebut. Pembantu dari Magananda yang mengetahui hal
tersebut tak tinggal diam. Karena telah mendapatkan kekuatan tambahan. Hanoman
kali ini bisa memenangkan pertarungan dan membakar tanaman dan beberapa tempat
kerajaan alengka.
Rama dan Laksamana serta bala tentara keranya pun datang
untuk menyelamatkan Sinta. Peperangan besar pun tidak dapat dihindari.
Magananda melawan raja kera Sugriwa dan Rahwana melawan Rama.
Dalam pertempuran ini kelompok Rama berhasil mengalahkan
kelompok Rahwana. Akhirnya Rahwana kalah dan Rama pun berkumpul lagi dengan
Sinta. Pertemuan antara Rama dan dewi Sinta ini disaksikan oleh Laksamana,
Sugriwa dan Hanoman.
Salah satu
benda seni yang harus dilestarikan adalah Keris Yogya. Pada jaman dahulu kala,
keris dipergunakan sebagai senjata saat berperang. Sekarang, keris kuno adalah
benda pusaka yang bernilai seni tinggi.
Pembuat
keris bisa dijumpai di Sleman, tepatnya di daerah Gatak yang menjadi sentra
kerajinan keris. Keris biasanya dibuat berdasarkan pesanan, tetapi di pusat
kerajinan keris ini, keris diproduksi secara masal. Sebilah keris kuno atau
pesanan memberi pamor berbeda karena dianggap memiliki nilai magis. Sebilah
keris dengan tombaknya mempunyai tiga pamor yang dilihat mulai dari pangkal ke
ujung keris, yaitu beras wutah (simbol kemakmuran), ron kendhuru (kewibawaan),
dan junjung drajat (biar derajatnya terangkat).
Keris
pesanan dibuat dalam waktu yang lama, dikerjakan satu demi satu, bisa memakan
waktu 1 hingga 2 tahun untuk menyelesaikannya. Dikerjakan secara tradisional
dengan melakukan beberapa ritual tertentu, seperti berpuasa, menyiapkan sesaji
berupa jajan pasar, pisang ayu, sirih ayu, serta bubur merah-putih, hitam, dan
kuning. Tidak boleh tidur pada jam tertentu, hingga tidak boleh melakukan
hubungan intim. Proses pengerjaannya juga hanya dilakukan pada hari-hari
tertentu, serta banyak pantangan lain yang harus dipenuhi agar kerisnya
benar-benar mempunyai kekuatan seperti yang diinginkan pemesannya.
Harga
sebilah keris dapat mencapai hingga empat puluh juta, harga bisa jadi lebih
tinggi jika pemesan meminta warangka (sarung keris) dan genggaman keris yang
terbuat dari bahan dan ukiran khusus. Harganya bahkan bisa meningkat
berlipat-lipat jika sang pemesan menginginkan kerisnya berlapis emas dan
bertatahkan intan permata.
Sementara
keris biasa hanya berbahan baku besi, baja, dan nikel, tanpa harus mengikuti
cara tradisional para mpu. Namun, keris biasa juga bisa mencapai harga hingga
puluhan juta rupiah. Konon, tanda keris berkualitas terletak pada condong leleh
dan lungguh wilah. Condong leleh merupakan sudut kemiringan sebuah keris.
Adapun lungguh wilah adalah garis mendatar yang ada di bilah keris bagian
bawah. [TimIndonesiaExploride/IndonesiaKaya]
Komentar
Posting Komentar