TARI RAHWANA
Rahwana merupakan nama lain dari Dasamuka
atau Klana. Rahwana adalah tokoh antagonis yang lahir pada cerita pewayangan
Arjuna Sasrabahu. Lakon cerita tentang peristiwa kelahirannya terkenal dengan
nama Pelajaranad Lokapala dan akhir hayatnya terdapat dalam cerita Ramayana.
Tari Rahwana menceritakan kegandrungan Rahwana yang berkarakter gagah
danawa terhadap
Dewi Widayanti. Unsur wirama tari tunggal ini merupakan karawitan, yang menggunakan lagu Bendrong dalam bentuk lagu Gurudugan yang berpola irama cepat dan juga didukung irama lainnya yang berpola sedang dan yang berpola lambat, yaitu lagu saliwetan dan dua liwetan.
Dalam tari Rahwana tata rias terlukis pada garis-garis wajah yang meliputi alis jedig, jambang mecut kandel, pipi pasudamis, kumis baplang sangadulang, sementara pada bibir bagian bawah terdapat sihung dan cedo janggot kandel yang menyatu dengan dagu. Adapun tata busananya dilengkapi dengan gelang kirincing, calana sontog, sinjang dodot, soder payun, soder pengker, keris, tali uncal, boro, dan samir. Bagian dada menggunakan baju kutung simbar dada, kilat bahu ganda, kilat bahu ganda mungkur, jubah, dan makuta sekar kelewih raja.
C. Tari Ajat Temuai Datai
Tari Ajat Temuai Datai diangkat dari bahasa Dayak Mualang yang maknanya adalah tari yang dilakukan untuk menyambut tamu yang datang atau tamu agung (diagungkan). Proses penyambutan ini melalui empat babak sebagai berikut.
a. Ngiring Temuai
Ngiring Temuai adalah proses pengiringan tamu ataupun pemaduan tamu sampai ke depan Rumah Panjai (rumah panggung yang panjang). Proses ngiring temuai ini dilakukan dengan cara menari dan tarian ini dinamakan tari Ajat (penyambutan). Kemudian, kepala suku mengunsai beras kuning (menghamburkan beras yang dicampur kunir/beras kuning) dan membacakan pesan atau mantera sebagai syarat mengundang Senggalang Burong, yaitu burung keramat yang menyampaikan pesan kepada Petara (Tuhannya).
Dewi Widayanti. Unsur wirama tari tunggal ini merupakan karawitan, yang menggunakan lagu Bendrong dalam bentuk lagu Gurudugan yang berpola irama cepat dan juga didukung irama lainnya yang berpola sedang dan yang berpola lambat, yaitu lagu saliwetan dan dua liwetan.
Dalam tari Rahwana tata rias terlukis pada garis-garis wajah yang meliputi alis jedig, jambang mecut kandel, pipi pasudamis, kumis baplang sangadulang, sementara pada bibir bagian bawah terdapat sihung dan cedo janggot kandel yang menyatu dengan dagu. Adapun tata busananya dilengkapi dengan gelang kirincing, calana sontog, sinjang dodot, soder payun, soder pengker, keris, tali uncal, boro, dan samir. Bagian dada menggunakan baju kutung simbar dada, kilat bahu ganda, kilat bahu ganda mungkur, jubah, dan makuta sekar kelewih raja.
C. Tari Ajat Temuai Datai
Tari Ajat Temuai Datai diangkat dari bahasa Dayak Mualang yang maknanya adalah tari yang dilakukan untuk menyambut tamu yang datang atau tamu agung (diagungkan). Proses penyambutan ini melalui empat babak sebagai berikut.
a. Ngiring Temuai
Ngiring Temuai adalah proses pengiringan tamu ataupun pemaduan tamu sampai ke depan Rumah Panjai (rumah panggung yang panjang). Proses ngiring temuai ini dilakukan dengan cara menari dan tarian ini dinamakan tari Ajat (penyambutan). Kemudian, kepala suku mengunsai beras kuning (menghamburkan beras yang dicampur kunir/beras kuning) dan membacakan pesan atau mantera sebagai syarat mengundang Senggalang Burong, yaitu burung keramat yang menyampaikan pesan kepada Petara (Tuhannya).
Menurut mitologi Hindu, Rahwana atau dengan nama lain Prabu Dasamuka adalah
tokoh utama antagonis yang melawan Rama dalam kisah Ramayana. Di mana ia adalah
seorang raja yang dengan julukan Raja Alengka juga sekaligus seorang raksasa
atau iblis pada ribuan tahun yang lalu.
Bentuk
Fisik Rahwana
Disebut sebagai Prabu Dasamuka,
karena Rahwana memiliki 10
wajah. Sepuluh wajah ini bukan sembarang diciptakan melainkan terdapat filosofi
khusus di dalam bentuk fisiknya. Di mana ia ditunjukan sebagai orang yang
memiliki pengetahuan Weda dan sastra. Selain memiliki sepuluh wajah, Rahwana
juga memiliki 20 tangan yang mana bermakna kesombongan dan keinginan yang tak
pernah puas.
Rahwana tergolong
sebagai ksatria sakti yang besar dan jahat. Saat Rahwana lahir, ia diberi nama
Dasasana yang artinya sepuluh kepala. Menurut masyarakat Hindu, sepuluh kepala
ini mencerminkan dari permata kalung yang ia dapatkan dari ayahnya saat ia
lahir. Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa makna dari sepuluh kepala ini
adalah simbol dari kekuatan sepuluh tokoh tertentu.
Cerita
Singkat Rahwana
Seperti kisah Romeo
dan Juliet yang di dalamnya terdapat tokoh Hamlet dan Napoleon. Mungkin kisah
Ramayana sudah tak asing lagi di telinga kita, khususnya sebagai masyarakat
Jawa. Di mana kisahnya di dalamnya terdapat kisah romantis antara Rama dan
Shinta yang mana terdapat orang ketiganya yang bernama Rahwana yang ingin merebut Shinta
dari Rama.
Rahwana dilahirkan
dari seorang Ibu yang bernama Kaikesi yang mana merupakan seorang putri dari
Raja Detya yang bernama Sumali. Raja ini memiliki anugerah Brahma sehingga ia
mampu menjadi raja dunia. Ayah Rahwana adalah Wisrawa. Konon, kisahnya Wisrawa
dan Kaikesi bercinta di waktu yang tak tepat, sehingga terciptalah seorang anak
yang jahat yang bernama Rahwana.
Hingga Rahwana lahir dengan kondisi setengah Brahmana, setengah Raksasa.
Saat Rahwana beranjak
remaja, ia melakukan pertapaan memuja Dewa selama bertahun-tahun, hingga Brahma
muncul dan mempersilahkan Rahwana untuk
mengajukan permohonan. Rahwana pun memohon untuk bisa hidup abadi, namun
permohonan itu ditolak. Sebagai gantinya, ia mendapat kesaktian akan kebal
menghadapi segala serangan dari segala makhluk seperti dewa, raksasa, danawa,
hingga segala makhluk buas lainnya.
Namun, sayangnya ia
tidak memohon lebih unggul dari semua makhluk, ia hanya memohon kekebalan saja.
Brahma pun mengindahkan permohonan Rahwana ditambah bonus kepandaian
menggunakan ilmu sihir dan senjata dewa.
Di
Balik Kejahatan Rahwana
Memang Rahwana atau
Raja Alengka dikenal sebagai sosok yang jahat. Namun, di balik kajahatan Rahwana, ia adalah seorang raja yang
selalu melindungi rakyatnya dari segala mara bahaya. Nah, di sinilah mulai
muncul berbagai cerita dan biasa disebut sebagai perkembangan cerita Jawa. Di
mana Rahwana adalah si pembela Nusantara yang berbudi luhur sedangkan si Rama
adalah ksatria yang nampak pengecut.
Di setiap mata
pelajaran atau mata kuliah teradapat sisipan kisah tentang Ramayana yaitu kisah tentang Rama, Shinta, dan
Rahwana. Di mana terdapat keindahan di dalam cerita sastra yang luar biasa.
Walaupun mulai muncul berbagai kisah tentang Rahwana, namun sejauh ini selalu
diakhiri dengan Rama yang berhasil membunuh Rahwana dan membawa Shinta kembali ke
pelukannya.
SOSOK RAHWANA DALAM
TARI TOPENG KELANA
Tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali menciptakan tari
topeng kelana. Yang pasti, tari ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Singasari.
Hal tersebut salah satunya dibuktikan oleh adanya catatan dalam Kitab Negara
Kertagama yang menggambarkan Raja Hayam Wuruk sedang menari dengan menggunakan
topeng yang terbuat dari emas.
Berdasarkan sumber tersebut, dahulu tari topeng kelana diyakini sebagai
tari yang hanya dipentaskan di dalam lingkungan kerajaan. Tari ini dibawakan
oleh raja dan hanya dipertontonkan kepada perempuan dalam lingkungan kerajaan,
seperti para istri raja, mertua, hingga ipar perempuan raja. Karenanya, dahulu
tari topeng kelana dinilai lebih bersifat spiritual daripada sebagai hiburan.
Secara umum, tari topeng kelana terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian
baksarai dan ngedok. Baksarai merupakan pementasan tari ketika belum mengenakan
topeng, sedangkan ngedok merupakan bagian saat para penari sudah mengenakan
topeng. Tari topeng kelana biasanya dipentaskan oleh laki-laki, tapi pakem
tersebut telah berubah.
Sejalan dengan perkembangannya, kini perempuan juga banyak yang
mementaskan tarian topeng kelana. Tari topeng kelana biasa dipentaskan oleh 4-6
orang penari. Gerakan dalam tari ini cenderung energik dan bersemangat, tapi
tetap memerlukan keluwesan untuk bisa mementaskannya. Dilihat dari gerakan dan
topeng yang dikenakan, tari ini merupakan penggambaran seseorang yang
berperilaku buruk, serakah, arogan layaknya tokoh Rahwana dalam pewayangan.
Banyak yang percaya bahwa tari topeng kelana merupakan tari yang sudah
ada di kalangan istana raja-raja di Pulau Jawa sebelum kemudian berkembang di
daerah Cirebon.
Di kalangan masyarakat Cirebon, tari topeng kelana merupakan tari yang
boleh dipentaskan oleh siapa saja. Fungsi tari ini menjadi sarana hiburan.
Dengan iringan musik gojing yang meriah dan bersemangat, tari topeng kelana
menjadi pementasan yang ciamik untuk ditonton. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]
Komentar
Posting Komentar