jenis-jenis wayang wong di pulau jawa






Wayang Orang  (wong - menurut Jawa)  merupakan jenis budaya di Indonesia yang sering dipertunjukan melalui sebuah cerita pewayangan masing-masing daerah dengan tokoh pemeran (orang). Pertunjukan wayang orang ini menjadi bentuk kesenian tradisional yang paling sakral di Tanah Air, khususnya di Pulau Jawa. Dari sumber Rustopo mengutip Soedarsono, menyebutkan bahwa Keraton Yogyakarta dan Pura Mangkunegaran adalah tempat lahirnya Wayang Orang di abad 18-19 setelah kesusastraan Jawa mengalami renaissance. Banyaknya sejarah, legenda sampai mitos yang dialami leluhur (turun-temurun) dilakukan semata-mata sebagai bentuk rasa syukur kepada sang pencipta-Nya.



Jenis Wayang Orang memiliki peran penting sebagai "identitas Jawa" berada sejarah di era kesultanan Mataram (istana Mangkunegaran). Meski kini Wayang Orang lebih terkenal dengan kisah Mahabrata dan Ramayana dalam Sriwedari yang mengandung pesan moral di kalangan masyarakatnya. Namun, setiap pertunjukan Wayang selalu menampilkan suasana panggung dan drama yang bisa menjamin warisan budaya satu ini masih eksis di tengah gempuran budaya luar dan teknologi. Tetapi, dengan adanya pementasan yang menggunakan teknologi futuristik, menjadikan hiburan yang syarat spiritual ini selalu bisa dinikmati oleh masyarakat di daerah Jawa, bahkan di luar pulau Jawa, lho.

Bila kamu ingin mengetahui segala hal tentang budaya Indonesia yang satu ini, bisa melihat langsung pertunjukan Wayang Orang Sriwedari (Solo), Wayang Orang Mahabadhana, Wayang Orang Ngesti Pandawa (Solo) dan masih banyak lagi.

Wayang orang sriwedari ( solo )

Selain tempat wisata yang eksotis di daerah yang satu ini, warisan seni dan budaya juga sangatlah beragam. Apalagi kota Solo memiliki slogan "Spirit of Java" yang menginisiasi kekuatan yang dimiliki daerah tersebut. Termasuk salah satunya adalah budaya yang masih dipertahankan hingga kini, Wayang Orang Sriwedari. Berada di kompleks Taman yang Sriwedari yang dibangun Sri Susuhunan Pakubuwono X, Solo memiliki cerita Wayang Orang yang berbeda tiap harinya. Sebelum menikmati pertunjukan, pengunjung bisa beradaptasi dengan galeri (potret kegiatan wayang dari masa ke masa) yang ada di bagian serambi gedung
Wayang Orang Sriwedari mengambil inspirasi dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Sekitar dua jam pertunjukan tersebut, pemimpin/dalang akan mengambil alih (mengumumkan) mengenai alur ceritanya. Dalam ceritanya, kamu akan menemukan beberapa lakon wayang yang sering berada di panggung seperti Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Selama menampilkan wayang, terdapat berbagai suasana menegangkan sekaligus tertawa dengan tingkah dari keempatnya

Wayang Orang Mahabandhana
Bersumber pada keaslian Wayang Orang di istana Mangkunegaran, seorang seniman merepresentasikan kegiatan Mahabandhana dengan tatanan (konsep) mengutamakan seniman tari ke dalam cakupan karyanya. Dimana sebuah pergelaran Wayang tersebut, menggunakan karya adiluhung penuh simbol dan makna dalam kemegahan artistik dan tarian Jawa klasik, sekaligus menunjukan idealisme kesenian dalam bentuk yang konstruktif namun prospektif.

Pergelaran Wayang Wong Mahabandhana bisa mengandalkan 150 seniman tradisional yang berasal dari Surakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Jakarta. Karya luhur anak bangsa satu ini, didukung oleh para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Yogyakarta, di antaranya Agus Prasetyo yang juga bertindak sebagai sutradara. Bukan itu saja, pementasan Mahabandhana juga melibatkan seniman lain dari grup (seniornya) Wayang Wong Sriwedari, sebuah grup kesenian tradisional legendaris dari Surakarta yang sudah ada sejak tahun 1910
Wayang Orang Banjaran Gatotkaca
Banjaran gatotkaca berkisah tentang kesatria pringgodani yang terkenal dengan kesaktianya otot kawat balung (tulang) wesi (besi). Seperti yang ada di acara televisi, kisah ini menerangkan bahwa manusia terkuat lahir dan dikenal sebagai Gatotkaca. Sebuah kisah yang akhirnya menjadi drama pertunjukan wayang ini mengisahkan perjalanan Gatotkaca di medan sesungguhnya demi membela harga diri bangsa dan keluarga bertajuk "Banjaran Gatotkaca".

Sampai saat ini, sebuah Paguyuban Wayang Orang Indonesia Pusaka yang di sutradarai oleh Ida Soeseno ini mampu menampilkan khasanah budaya Indonesia ke dunia International. Dibuktikan dengan gelaran Banjaran Gatotkaca di Sydney Opera House pada 28 desember 2010, Istana Negara 29 Juli  2011 dan Gedung UNESCO Paris 22 oktober 2012

W ayang Orang Ngesti Pandawa – Semarang
Wayang Orang Ngesti Pandawa adalah bukti masih adanya sekelompok kecil masyarakat yang ingin mempertahankan kebudayaan lokal di tengah maraknya budaya dari luar. Pertunjukan ini juga salah satu dari ketiga wayang yang masih aktif di Indonesia, selain Wayang Orang Sriwedari Solo dan Wayang Orang Bharata di Jakarta. Di samping itu, terdapat paduan teknologi dan tradisi yang membuktikan wayang orang "Ngesti Pandawa" masih eksis sampai saat ini.

Terutama dalam tata letak panggung yang futuristik, dengan mengganti background tidak lagi menggunakan lukisan monoton, melainkan penampilan gambar bergerak. Selain itu, terdapat sound sistem, pencahayaan, serta ruang gedung yang menyesuaikan tema cerita. Sehingga, banyaknya masyarakat yang masih antusias menikmati jalannya pementasan dan merasa nyaman. Bagi kamu yang belum pernah melihat konsep teknologi futuristik dari Wayang Orang Ngesti Pandawa,
Ngesti Pandawa didirikan di Madiun oleh Sastro Sabdo pada tanggal 1 Juli 1937 dengan tujuan untuk membangkitkan kembali kehidupan wayang orang panggung. Wayang Orang Panggung merupakan perpaduan Wayang Orang Keraton (sering juga disebut wayang orang pendhapa) dengan teater barat  Keberadaan wayang orang Ngesti Pandawa dimaksudkan juga untuk melestarikan kesenian wayang orang, serta menanamkan rasa cinta pada seni tradisi. Pertunjukan wayang orang juga memberikan hiburan pada masyarakat

Sejak awal berdirinya, wayang orang Ngesti Pandawa sudah disukai oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan masyarakat Jawa tetapi juga orang-orang Belanda dan keturunan Tionghoa juga menyukai seni pertunjukan tersebut. Dengan demikian, sejak dahulu wayang orang merupakan seni pertunjukan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan baik pribumi maupun non pribumi.
Ngesti Pandawa telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang selama berada di Kota Semarang. Dalam melakukan pementasannya, Ngesti Pandawa telah beberapa kali mengalami perpindahan tempat. Pada tahun 1954, Ngesti Pandawa menempati gedung baru di kompleks gedung GRIS (Gedung Rakyat Indonesia Semarang) di jalan Pemuda 116 (saat ini Paragon City Mall Semarang) Pada tahun 1960 sampai awal tahun 1970, Ngesti Pandawa mengalami masa puncak kejayaan dan menjadi ikon Kota Semarang di bawah kepemimpinan Sastro Sabdo dan Narto Sabdo. Ngesti Pandawa menjadi kiblat bagi perkumpulan wayang orang yang ada pada jamannya. Teknik dekorasi, iringan, kostum, koreografi, dan trik panggung menjadi acuan bagi perkumpulan wayang orang lainnya
Popularitas Ngesti Pandawa menarik perhatian Presiden Sukarno. Pada saat terjadi bencana alam Gunung Merapi meletus 1953, Ngesti Pandawa pentas dalam rangka pengumpulan dana. Presiden Soekarno saat itu memanggil Ngesti Pandawa untuk pentas di Istana Merdeka di Jakarta dan Istana Negara di Bogor. Hal ini tentunya merupakan kebanggaan tersendiri dari wayang orang Ngesti Pandawa. Bagi suatu perkumpulan kesenian khususnya wayang orang pentas di Istana Negara adalah sesuatu yang jarang terjadi. Oleh karena prestasinya,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kenong

TOKOH WAYANG RAMA

alat musik kecrek